Islam dan Al-Quran

Nilai-nilai Agama Islam berdasarkan Al-Quran:

1. Lima Rukun Islam (Prinsip Dasar):

a. Syahadat; b. Salat; c. Puasa; d. Zakat; e. Haji (bagi yang mampu).

2. Enam Rukun Iman:

a. Iman kepada Allah SWT; b. Iman kepada malaikat; c. Iman kepada kitab-kitab Allah; d. Iman kepada nabi dan rasul; e. Iman kepada hari kiamat; f. Iman kepada takdir (qada (keputusan/ketetapan) dan qadar (realisasi/perwujudan)).

3. Tiga Konsep Inti:

a. Tauhid: Ke-Esaan Allah (fondasi utama); b. Risalah: Kenabian (pengarahan); c. Akhirat: Kehidupan setelah kematian (tujuan akhir).

4. Tiga Etika Interaksi:

  1. ahablum minallaaH (hubungan dengan Allah): Merupakan tiang atau pilar; mencakup sifat-sifat seperti ketakwaan, keimanan, kesabaran, syukur, dan tawakkal kepada Allah.
  2. hablum minannaas (hubungan dengan manusia): Merupakan fondasi atau dasar; melibatkan sifat-sifat seperti kejujuran, amanah, toleransi, adil, dan kasih sayang kepada sesama.
  3. hablum minal ‘aalam (hubungan dengan alam): Merupakan lingkungan atau sekitarnya; mencakup rasa tanggung jawab dan pengendalian diri dalam berinteraksi dengan alam semesta, seperti menjaga lingkungan dan tidak melakukan perbuatan yang merusak alam.

5. Tiga Elemen Dasar:

  1. Islam (syariah/hukum): Merupakan tiang atau pilar; mewujudkan dalam bentuk tindakan dan amaliah sehari-hari sesuai dengan ajaran Islam terutama dalam melaksanakan salat (salat = tiang agama). Fokus: Tubuh Fisik/Tindakan.
  2. Iman (aqidah/keyakinan): Merupakan fondasi atau dasar; menjadi landasan bagi setiap tindakan dan perilaku seorang muslim terutama berkeyakinan kepada Allah. Fokus: Hati/Keyakinan.
  3. Ihsan (akhlak/sifat/perilaku): Merupakan atap atau bangunan; mewujudkan dengan rasa keikhlasan dan kesempurnaan dalam beribadah dan berbuat baik terutama dalam kebiasaan melakukan perbuatan yang positif. Fokus: Jiwa/Rohani.

6. Tiga Amal Tidak Akan Putus Setelah Kematian:

a. Sedekah jariah; b. Ilmu yang bermanfaat; c. Doa anak saleh.

7. Tiga Belas Akhlak Mulia (termasuk Budi Pekerti):

  1. Menghormati: Pentingnya bersikap rendah hati dan penuh kasih sayang kepada orang-orang yang dituakan seperti orang tua, sesepuh, guru, ulama, dan pimpinan (QS. 17:24).
  2. Kejujuran: Menjaga kejujuran dalam perkataan dan perbuatan, tidak berdusta, dan menjaga komitmen serta amanah dalam segala hal (QS. 9:119).
  3. Keadilan: Berlaku adil dalam segala situasi, tidak memihak secara tidak adil, dan memberikan hak-hak yang seimbang kepada semua orang (QS. 4:135).
  4. Keramahan: Menunjukkan ramah, empati, dan perhatian terhadap sesama manusia, termasuk dalam membantu mereka yang memerlukan (QS. 30:21).
  5. Kesabaran: Menjaga kesabaran dalam menghadapi cobaan dan ujian, tidak mudah marah atau putus asa, serta menerima ketetapan Allah dengan ikhlas (QS. 21:83).
  6. Kerendahan Hati: Menjaga sikap rendah hati, tidak sombong atau menyombongkan diri, serta menghormati dan menghargai orang lain tanpa memandang status atau kedudukan (QS. 49:11).
  7. Sopan Santun: Menunjukkan sikap sopan santun dalam berbicara, berinteraksi, dan berpakaian, serta menghormati adat istiadat yang baik (QS. 24:27).
  8. Kebaikan Hati: Berbuat baik kepada orang lain dengan memberikan yang terbaik, baik dalam ucapan, tindakan, maupun perlakuan (QS. 17:7).
  9. Kepedulian Sosial: Memperhatikan kesejahteraan dan keperluan sesama manusia, serta berusaha membantu dan mendukung mereka dalam kesulitan (QS. 2:254).
  10. Memiliki Karakter Terpuji: Menunjukkan sifat-sifat terpuji seperti rendah hati, sabar, ikhlas, tawakal, bersyukur, memaafkan, dan berusaha menjauhi sifat-sifat negatif seperti iri hati, dengki, sombong, atau berpura-pura baik di depan orang lain (QS. 68:4).
  11. Menjaga Janji dan Amanah: Menepati janji, memenuhi kewajiban, dan menjaga amanah yang diberikan kepada kita oleh orang lain (QS. 4:58).
  12. Menjaga Lingkungan: Bertanggung jawab terhadap lingkungan sekitar, menjaga kebersihan, menghormati alam, dan tidak merusak atau mencemarkan lingkungan (QS. 2:205).
  13. Mengampunin: Memaafkan kesalahan orang lain, tidak menyimpan dendam, dan berusaha berdamai dalam konflik (QS. 3:134).

8. Sepuluh Resep Kesuksesan:

Studi menunjukkan orang-orang yang sukses memiliki visi yang sama yang ditandai dengan menetapkan tujuan yang spesifik (specific), terukur (measurable), dapat dicapai (achievable), relevan (relevant), dan terikat waktu (time-bound) – SMART, berfokus pada solusi, dan menganut pola pikir berkembang. Mereka juga cenderung bersemangat dalam pekerjaan mereka, gigih dalam menghadapi tantangan, dan memiliki keyakinan kuat pada kemampuan mereka untuk berhasil. Berikut ini adalah penjelasan yang lebih rinci:

  1. Visi dan Penetapan Tujuan yang Jelas: Orang-orang yang sukses memiliki gagasan yang jelas tentang apa yang ingin mereka capai dan membagi tujuan mereka menjadi langkahlangkah yang lebih kecil dan dapat dikelola. Mereka menggunakan kerangka kerja SMART untuk memastikan tujuan mereka spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan terikat waktu (QS. 28:77).
  2. Fokus pada Solusi dan Pemecahan Masalah: Alih-alih berkutat pada masalah, individu yang sukses fokus pada pencarian solusi dan pengembangan strategi yang inovatif (QS. 94:4-5).
  3. Pola Pikir Berkembang dan Pembelajaran Sepanjang Hayat: Mereka menganut pola pikir berkembang, memandang tantangan sebagai peluang untuk belajar dan berkembang. Mereka juga berkomitmen pada pembelajaran seumur hidup dan peningkatan berkelanjutan (QS. 58:11).
  4. Semangat dan Etos Kerja: Orang-orang yang sukses sering kali memiliki semangat yang kuat terhadap apa yang mereka lakukan dan bersedia untuk bekerja keras serta berdedikasi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan mereka (QS. 94:7).
  5. Kegigihan dan Ketahanan: Mereka bertahan melalui kemunduran dan kegagalan, melihatnya sebagai pengalaman belajar (QS. 9:105).
  6. Pengambilan Risiko dan Keberanian: Mereka bersedia mengambil risiko yang diperhitungkan dan melangkah keluar dari zona nyaman mereka untuk mencapai tujuan mereka (QS. 8:15-16).
  7. Keyakinan yang Kuat pada Diri Sendiri: Mereka memiliki keyakinan yang kuat pada kemampuan mereka untuk berhasil dan citra diri yang positif (QS. 12:87).
  8. Kepemimpinan dan Pengaruh: Mereka sering mengambil inisiatif untuk memimpin orang lain dan menginspirasi mereka untuk mencapai tujuan mereka (QS. 4:58).
  9. Jaringan dan Kolaborasi: Mereka membangun hubungan dan jaringan yang kuat untuk mendukung tujuan mereka dan berkolaborasi dengan orang lain (QS. 5:2).
  10. Merangkul Perubahan dan Beradaptasi: Mereka mampu beradaptasi dengan keadaan yang berubah dan merangkul peluang baru (QS. 13:11).

9. Tiga Konsep Penting tentang Waktu:

Allah SWT banyak bersumpah atas waktu dalam Al-Quran: QS. 103:1-2, QS. 92:1-2, QS. 93:1-2, QS. 89:1-2, QS. 81:18, QS. 4:103, QS. 10:49, QS. 45:24, QS. 72:25, QS. 7:187,menekankan pentingnya waktu dan bagaimana manusia harus menghargai dan menggunakannya dengan sebaik-baiknya. Dalam Islam, waktu dianggap sangat berharga dan penting sekali. Waktu digunakan untuk berbagai kegiatan ibadah, seperti salat yang memiliki waktu-waktu tertentu, dan juga dalam kehidupan sehari-hari. Aspek dalam kehidupan yang tidak dapat diulang:

  1. Waktu telah berlalu: Setiap detk yang lewat adalah masa lalu, dan tidak ada cara apapun untuk mengembalikannya. Oleh karena itu, menghargai dan memanfaatkan waktu dengan bijak sangat penting; “daripada melamun, manfaatkanlah untuk ber-dzikir, agar tidak tergoda setan” (QS. 76:1).
  2. Pilihan yang Sudah Diambil: Setiap keputusan dalam hidup membawa konsekuensinya baik positif maupun negatif. Beberapa pilihan, jika sudah diambil, akan mengubah jalur hidup dan tidak bisa sepenuhnya diulang – bahkan jika kita mencoba kembali ke titik awal (QS. 3:159).
  3. Kematian: Hidup hanya sekali. Ketika seseorang meninggal, maka kesempatan untuk memperbaiki hubungan, mengucapkan kata maaf, atau menunjukkan kasih sayang padanya
    sudah tidak bisa diulang. Inilah mengapa sangat penting untuk tidak menunda hal-hal baik (QS. 62:8).

Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara: masa mudamu sebelum datang masa tuamu, masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu, masa kayamu sebelum datang masa miskinmu, masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, dan hidupmu sebelum datang kematianmu (HR. Al-Hakim).

10. Tujuh Faktor Negatif karena Tidak Hargai Waktu:

  1. Hilangnya Kepercayaan: Orang lain merasa waktunya tidak dihargai; mereka mulai meragukan komitmen atau tanggung jawab; berkurangnya kepercayaan bahkan dalam urusan lain yang tidak terkait (QS. 33:72).
  2. Menggangu Alur Acara: Mengacaukan susunan acara atau agenda orang lain bahkan diri sendiri; mendorong perubahan jadwal, atau mempercepat sesi yang penting; mengurangi waktu diskusi yang seharusnya bermanfaat (QS. 7:56).
  3. Efek Emosional Berantai: Orang yang menunggu bisa merasa kesal, canggung, atau tidak dihargai; rasa kesal ini bisa memengaruhi mood, menurunkan produktivitas, atau bahkan merusak hubungan emosional; menciptakan siklus ketidakdisiplinan (QS. 33:58).
  4. Menciptakan Budaya “Tidak Apa-Apa”: Sekali dua kali terlambat dan dianggap biasa, bisa memicu kebiasaan buruk; orang lain akan ikut meniru; dalam jangka panjang akan muncul budaya tidak disiplin dan tidak professional yang berakibat tertinggal jauh dari negara-negara yang ber-budaya “tepat waktu” (QS. 11:85).
  5. Kehilangan Peluang: Kehilangan informasi penting di awal pertemuan; terlewat kesempatan menyampaikan ide, usulan, atau keputusan penting; merugikan masa depan proyek atau diri sendiri (QS. 2:195).
  6. Reputasi Rusak: Membentuk citra negative seperti malas, tidak professional, tidak bisa diandalkan; menghambat karir, bisnis/ekonomi, bahkan hubungan social (QS. 70:19-21).
  7. Waktu = Uang (Efek Domino): Penundaan keputusan bisnis; pembatalan bisnis; biaya logistik bertambah; pembengkakan biaya yang langsung dan tidak langsung; turunnya produktivitas; berdampak terhadap gaji; mengakibatkan pemutusan hubungan kerja; merugikan penghasilan perusahaan bahkan negara (QS. 103:1-2).

11. Sembilan Aspek Penting Kebersihan:

  1. Kebersihan sebagai Sebagian dari Iman: Nabi Muhammad SAW bersabda: “AththuHuuru syathrul iimaan” (HR. Muslim), menunjukkan bahwa menjaga kebersihan bukan hanya Kesehatan, tetapi juga bentuk nyata dari keimanan kepada Allah SWT (QS. 87:14-17).
  2. Kebersihan Jasmani: Wudhu dan mandi yaitu menghilangkan hadas kecil dan besar; sunnah fitrah yaitu memotong kuku, mencukur rambut, mencabut bulu ketiak, dan menyikat gigi; kebersihan pakaian yaitu memakai pakaian yang bersih dari najis (QS. 30:30).
  3. Kebersihan Lingkungan: InnalaaHa jamiiluy yuhibbul jammaal atau Allah Maha Indah dan mencintai keindahan (HR. Muslim). Membuang sampah tidak sembarang (pada tempatnya); tidak membuang kotoran di jalan; melestarikan alam dengan tidak merusaknya (QS. 7:56).
  4. Kebersihan Hati (Batin) dan Pikiran: Menjauhkan diri dari sifat hasad (iri), dendam, dan sombong; menjaga lisan dari ghibah, fitnah, dan ucapan kotor; melatih diri untuk ikhlas, sabar, dan jujur (QS. 26:89).
  5. Kebersihan dalam Ibadah (salat, ngaji, tawaf): Suci dari hadas dan najis; tempat ibadah yang bersih; pakaian yang bersih dan wangi; hati yang khusyuk dan tidak disibukkan dengan hal-hal duniawi (QS. 5:6).
  6. Kebersihan Sosial: Tidak menyakiti orang lain; menjaga mulut agar tidak menyebar bau tidak sedap; berpenampilan rapi dan bersih saat bertemu orang lain; menjaga kebersihan diri agar tidak menularkan penyakit (QS. 33:58).
  7. Kebersihan Makanan dan Minuman: Mengonsumsi harus thayyib (baik, bersih, sehat) dan halal; harus diproses dan disajikan dengan cara yang higenis (QS. 2:168).
  8. Kebersihan dalam Rumah Tangga dan Kehidupan Sehari-hari: Membersihkan rumah, merapikan tempat tidur, menjaga dapur dan kamar mandi tetap higenis; menjaga kebersihan di tempat kerja dan sekitarnya (QS. 9:108).
  9. Kebersihan dan Kesehatan Mental: Dzikir, doa, salat sebagai pembersih jiwa dari stress dan tekanan hidup; menjaga diri dari overthinking, iri hati, atau dendam adalah bentuk menjaga “kebersihan mental” (QS. 2:222).

12. Lima Belas Aspek Penting dalam Keimanan:

  1. Keyakinan yang Benar terhadap Rukun Iman: Inti dari keimanan dalam Islam (QS. 2:177).
  2. Ilmu (pengetahuan): Ilmu adalah cahaya yang menerangi hati dan memperoleh keimanan; tanpa ilmu, iman bisa rapuh dan mudah terpengaruh oleh syubhat (keraguan) atau hawa nafsu (QS. 58:11).
  3. Amal Saleh: Keimanan yang benar harus diwujudkan dalam perbuatan nyata, seperti salat, zakat, berbuat baik, dan menjauhi maksiat (QS. 18:107).
  4. Keikhlasan (ikhlas karena Allah): Iman yang kuat tidak tercampur dengan ria (pamer) atau niat selain Allah; keikhlasan menjaga kemurnian ibadah (QS. 98:5).
  5. Tawakal (pasrah diri kepada Allah): Seseorang yang beriman akan selalu bersandar kepada Allah dalam setiap hal dan urusan (QS. 5:23).
  6. Sabar dan Syukur: Sabar dalam ujian/musibah, dan syukur dalam kenikmatan merupakan ciri orang beriman yang sejati (QS. 2:153, QS. 31:12).
  7. Dzikir kepada Allah: Mengingat Allah secara terus-menerus menjaga hati dari kelalaian dan memperkuat iman (QS. 13:28).
  8. Doa dan Memohon Hidayah: Seorang Muslim dianjurkan untuk selalu memohon kepada Allah agar diberikan hidayah dan keteguhan dalam iman (QS. 3:8).
  9. Mujahadah (bersungguh-sungguh dalam menjaga iman): Iman memerlukan perjuangan; seorang Muslim harus siap melawan hawa nafsu, godaan dunia, dan setan (QS. 29:69).
  10. Istiqamah (konsistensi dalam ber-ibadah): Keteguhan dan konsistensi dalam menjalankan perintah Allah menjadi kunci penting untuk menjaga iman tetap hidup (QS. 41:30).
  11. Menjauhi Dosa dan Maksiat: Dosa yang dilakukan terus-menerus tanpa tobat akan mengeraskan hati dan mengurangi cahaya iman; setiap dosa memberi noda hitam dalam hati, dan jika dibersihkan dengan tobat, akan menghalangi cahaya iman (QS. 83:14).
  12. Membaca dan Mentadabburi Al-Quran: Al-Quran adalah cahaya yang menerangi hati dan memperbarui iman (QS. 8:2).
  13. Menghadiri Majelis Ilmu: Majelis Ilmu adalah taman-taman surga di dunia karena dengan hadir didalamnya memperkuat iman dan menambah wawasan (QS. 96:1-5 atau “ayat pertama”).
  14. Lingkungan dan Pergaulan: Lingkungan yang baik dan teman-teman yang shalih akanmembantu keimanan tetap hidup dan subur (QS. 49:10).
  15. Refleksi dan Muhasabah Diri: Merenungi tujuan hidup, kematian, dan akhirat membuat hati lebih peka terhadap iman (QS. 59:18).

13. Tujuh Esensi dalam Dzikir:

  1. Perintah dan syukur: Memerintahkan untuk mengingat Allah dan bersyukur kepada-Nya (QS. 33:41-42, QS. 3:41, QS. 2:152, QS. 2:198, QS. 2:200-202).
  2. Hapus dosa: Menghapuskan dosa dan bertobat; tasbih – SubhaanallaH, tahmid – AlhamdulillaH, takbir – AllaHu akbar, tahlil – Laa ilaHa ilallaaH, istighfar – AstaghfirullaH (QS. 39:54).
  3. Proteksi diri: Menjaga diri dari gangguan setan terkutuk ketika lengah terutama karena melamun; dapat memanfaatkan waktu untuk berdzikir ketika menjaga toko/bank, mengemudi, memancing, atau sedang menunggu – pramuniaga, satpam, sopir, nelayan, atau antri agar diberikan rezeki dan terhindar dari musibah (QS. 41:36).
  4. Tenang hati: Menenangkan batin yang gelisah dan memberi rasa damai di tengah ujian hidup atau cobaan (QS. 13:28).
  5. Solusi Urusan: Memberikan petunjuk dalam segala hal (QS. 18:24).
  6. Kuatkan iman: Setiap detak jantung untuk bernapas, tanpa disadari adalah sebuah karunia dari Allah kepada kehidupan yang kadang kali tidak dihargai oleh manusia, sehingga jika dibarengi dengan ber-dzikir kepada Allah selain menguatkan iman, juga mengalirkan darah dengan pujian-pujian yang seirama dengan detak jantung (QS. 49:15).
  7. Dapatkan pahala: Mengingat Allah terus-menerus akan membuahkan pahala dari arah/sesuatu yang tidak disangka-sangka dan berlipat-lipat ganda. (QS. 2:261).

14. Nama dan tugas Malaikat dan iblis:

  1. Malaikat (QS. 35:1) bernama Jibril – penyampai wahyu Allah kepada para nabi; Mikail – memberikan rezeki dan berkat kepada manusia dan alam; Israfil – meniup sangkakala pada hari
    kiamat nanti; Malik – penjaga neraka dan tidak ada belas kasih; Ridwan – penjaga pintu surga dan lemah lembut; Munkar – menanyai manusia atas perbuatan keburukannya di alam kubur; Nakir – menanyai manusia atas perbuatan kebaikannya di alam kubur; Raqib – mencatat kebaikan dan selalu berada disebelah kanan manusia; Atid – mencatat keburukan dan selalu berada disebelah kiri manusia; Izrail – mencabut nyawa manusia sesuai takdir; Hamalatul ‘Arsy – pembawa ‘Arsy (Singgasana Allah); Zabaniyah – penyiksa di neraka; Harut dan Marut – mengajarkan sihir ke warga Babil (bukan untuk kejahatan).
  2. iblis dan setan (QS. 18:50) bernama khanzab – menggangu saat salat; khannas – membuat rasa was-was dan tidak tenang; azazil/harits – raja iblis; dasim – merusak hubungan suami istri; walhan – membuat ragu saat wudhu; a’war – menggoda untuk berzina; masuth – menggoda untuk fitnah dan gosip; zalnabur/zalitun – menggoda berbuat curang dalam niaga; syabru – membuat tidak sabar dalam menghadapi ujian/cobaan hidup; haffaf – menggoda manusia dengan minuman keras dan maksiat; a’wan- menggoda para pemimpin agar zalim; murrah – menggoda para musisi agar merusak akhlak; laqus – menggoda manusia agar menyembah selain Allah; abyad – menggoda manusia agar sombong; sauth – membuat ketakutan/tidak nyaman/malas tahajud; watiin – menggoda manusia mudah putus asa; wasnan – membuat mudah mengantuk agar tidak fokus mendengarkan nasihat baik atau ibadah.

Kategori

Kategori

Artikel Terbaru

24 Oktober 2025
24 Oktober 2025
23 Oktober 2025
22 Oktober 2025
22 Oktober 2025